Besar dan megah, begitulah kesan pertama ketika melihat Puskesmas Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak. Sebagai sarana penolong pertama pasien, puskesmas ini memang mempunyai infrastruktur bangunan yang lebih besar dibanding puskesmas-puskesmas di kecamatan lain yang ada di Siak.
Puskesmas Sungai Apit dibangun sekitar tahun 1974, saat ini membawahi tujuh Puskesmas Pembantu (Pustu), empat Pondok Bersalin Desa (Polindes), dan lima Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Kunjungan di puskesmas ini bisa mencapai 600 pasien perbulan. Jumlah tersebut selalu terlayani dengan jumlah tenaga kesehatan yang memadai yakni, 51 tenaga medis. Puskesmas juga didukung dengan kelengkapan fasilitas, serta obat-obatan yang selalu tersedia.
Selain fokus dengan penyembuhan pasien dan sarana prasarana, Puskesmas ini juga breinovasi dengan program-program yang semakin mendekatkan puskesmas dengan masyarakat. Diantara program- program tersebut adalah Program Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dan Poli Lansia.
PKPR, Kepedulian untuk Remaja
‘Ingin Mencoba Semua’. Begitulah kehidupan remaja. Generasi penerus ini terkadang harus terjebak pada proses pencarian jati diri yang masih abu-abu. Alih-alih mencoba semua yang positif, pemahaman mereka tentang jati diri juga terkadang membawa mereka terseret pada hal-hal negatif. Terlebih dengan perkembangan teknologi yang tidak dimanfaatkan secara positif. Seperti Seks bebas, penyalahgunaan narkoba, dan masih banyak persoalan masa muda.
Puskesmas Sungai Apit mengambil andil mencoba menekan berbagai permasalahan remaja dengan Program Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Program ini sudah dimulai sejak tahun 2009 dan berkelanjutan hingga saat ini.
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah menggalakan kampanye ‘Aku Bangga Aku Tahu (ABAT)’. Bekerjasama dengan sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, kampanye ini kian gencar dilakukan dengan materi pemahaman tentang Kesehatan Reproduksi, Narkoba, Gaya Hidup/Pornografi dan Materi Inti tentang HIV/AIDS.
Ketua Tim PKPR Puskesmas Sungai Apit Ns Desy Yarsina, S.Kep. Ka mengatakan, kampanye ABAT memberikan progres yang meningkat dari waktu ke waktu. Siswa menjadi lebih paham tentang berbagai permasalahan tentang materi yang disajikan. Terutama tentang reproduksi dan seks yang masih dianggap tabu jika didiskusikan bersama orang tua.
“Awalnya siswa sangat awam dengan topik-topik yang disajikan, misalnya ketebukaan dengan orang tua tentang masalah seks dan reproduksi itu masih minim, dengan adanya kampanye dari kita, dapat menjawab pertanyaan yang selama ini tidak mereka temukan jawabannya dari orang tua,” ungkap Desy.
Sementara itu pihak sekolah juga turut membantu dalam proses kampanye ini. Misalnya saja dalam proses pengumpulan data siswa, dan turut serta dalam kegiatan tes kehamilan siswi-siswi. Selain sekolah, terkadang pihak ketiga juga turut andil dalam kampanye, seperti CSR Kondur Petrolium yang beberapa waktu lalu ikut serta memberikan materi tentang permasalahan remaja.
Sebanyak 12 sekolah SMP dan SMA di Sungai Apit sudah mendapat ‘jatah’ kampanye. Namun kegiatan ini akan terus berjalan demi meningkatkan pengetahuan siswa tentang berbagai permasalaha remaja, sehingga dapat nantinya berpengaruh positif dan dapat dihindari.
Konseling kesehatan Remaja
Selain kampanye, kegiatan lagi yang masuk dalam program PKBR adalah Konseling Kesehatan remaja. Kegiatan ini dilaksanakan di puskesmas dan ditangani oleh tim dari PKBR. Variatif dari siswa yang datang biasanya kebanyakan berasal dari siswa yang mempunyai permasalah dengan urusan kewanitaa, misalnya menstruasi yang tidak lancar, sakit saat menstruasi serta permasalahan-permasalahan reproduksi lainnya.
Tim ini juga menggagas untuk bekerja sama dengan sekolah-sekolah dalam upaya mengkader siswa dan siswinya sebagai kader kesehatan remaja. Para Kader Kesehatan Remaja akan mendapat pembinaan oleh pihak puskesmas dan sekolah. Nantinya ilmu yang mereka dapatkan akan dibagikan ke siswa dan siswi lainnya. Hal ini bertujuan karena penyampaian oleh teman sebaya lebih bisa mempengaruhi remaja lainnya.
Terobosan lain yang ingin dikembangkan adalah upaya kerjasama antara pihak puskesmas dan kepolisian setempat, dengan melakukan razia-razia tempat-tempat yang biasanya bersumber hal-hal negatif yang bisa ditiru remaja.
Kepedulian semua pihak terhadap kepelikan kehidupan remaja memang sangat dibutuhkan. Terutama kepedulian orang tua yang menjadi ujung tombak dari seluruh pengawasan anak. Karena tanpa pengawasan orang tua, berbagai upaya yang dilakukan semua pihak baik puskesmas, sekolah dan kepolisian tidak berjalan secara makasimal.
Poli Lansia, perhatikan kesehatan pasien usia lanjut
Pasien usia lanjut juga menjadi perhatian Puskesmas Sungai Apit yakni dengan membentuk Poli khusus yang akan memberikan pelayanan kepada orang tua untuk berobat, yakni oli Lanjut Usia (Poli Lansia). Poli Lansia sudah berjalan dibeberapa Kec. lain di Siak dan untuk Puskesmas Sungai Apit Poli ini sudah berjalan sejak 2010.
Melalui program Poli Lansia puskesmas memberlakukan pelayanan one stop service, dimana lansia mendapat pelayanan mulai dari pendaftaran sampai mendapat obat dilaksanakan satu paket di satu ruang. Dengan begitu lansia tidak perlu berpindah tempat dan antre lagi untuk pelayanan lainnya dalam puskesmas. Selain itu mereka juga mendapat pelayanan khusus ketika akan berobat.
Poli lansia terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya, melaksanakan pemeriksaan dan pengobatan Lansia, melaksanakan konseling penyakit, melakukan rujukan kasus ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi secara tepat, cepat dan benar, melaksanakan dan mengelola administrasi, serta bekerjasama dengan bidan wilayah untuk mengikuti Posyandu Lansia.
Program lansia tidak terbatas pada pelayanan kesehatan di klinik saja, tetapi juga pelayanan kesehatan luar gedung dan pemberdayaan masyarakat. Misalnya senam lansia setiap minggu, namun kegiatan ini tidak berjalan berkelanjutan, karena aktivitas lain para lansia.
Dengan berbagai program ini diharapakan Puskesmas Sungai Apit tetap berkiprah dengan berbagai inovasi yang semakin mendekatkan puskesmas dengan masyarakat. Tidak hanya infrastrukturnya yang megah, diharap pelayanan juga dapat mewakili kemegahan bangunannya. (Tulisan diambil dari majalah kesehatan Siak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar